Pernahkah kita memberi apresiasi kepada sahabat, teman, keluarga atau orang orang di sekitar kita?
atau kita jarang sekali memberikan penghargaan kepada orang lain?
Apresiasi, terdengar sederhana namun efeknya luar biasa yang sangat jarang kita lakukan bahkan kita lebih sering melakukan antonimnya (depresiasi) kepada orang lain. Saat berkomunikasi tak jarang kita mendengarkan cerita atau bahkan sekedar berdiskusi dari orang lain. Saat mengobrol, tak jarang kita memberikan penilaian atas sesuatu, baik pada teman mengobrol atau diluar lingkaran tersebut. Ketika kita mendengar cerita tersebut, tak jarang kita mulai menganggap dan berujar,
ah, biasa aja…
Itu saya juga bisa…
Hal mudah kayak gini kok…
bagusan tahun lalu dibanding yang sekarang…
seharusnya ini itu begini, bukan begitu…
dan kalimat kalimat semacam dengan itu.
Hampir setiap hari kita mendengar kalimat seperti itu atau bahkan kita sendiri yang berkata sesuai kalimat tersebut pada orang lain.
Kertas putih dan Noda Hitam kecil
Jika ada kertas putih, dan di tengah-tengahnya terdapat satu titik kecil noda hitam, mana yang lebih diperhatikan, pastilah titik noda hitam kecil. Padahal jika dibandingkan dengan luasnya bagian putih yang tak tersentuh noda, seberapa besar noda hitam tersebut?
Nah seperti itulah kita dalam memandang sesuatu, kita cenderung melihat kesalahan dibanding hal-hal positif, padahal jumlah bagian yang positif lebih banyak dari yang negatif.
Mari sejenak kita perhatikan penjumlahan bilangan berikut
1 + 2 = 3
3 + 2 = 5
6 + 4 = 10
7 + 2 = 9
3 + 5 = 8
4 + 6 = 10
5 + 1 = 6
7 + 2 =9
5 + 4 = 9
3 +6 = 8
Pada penjumlahan bilangan bilangan diatas, kita pasti dengan mudah dapat menemukan penjumlahan yang salah. Dari sepuluh penjumlahan, Sembilan benar dan satu salah dan tentu kita akan berfokus di satu penjumlahan yang salah bukan?
Kita akan menjawab, satu soal salah, namun bukan sembilan soal benar
kenapa kita tidak berfokus pada 9 penjumlahan yang benar? bukankah yang salah hanya satu soal saja?
Mari menghargai mulai dari hal yang sederhana
Dosen pembimbing saya, Prof. Mulyadi Bur merupakan salah satu dosen yang terkenal dengan ke”killer”an nya di kampus. Bagi Saya pribadi Ia bukanlah orang yang pemarah, ataupun killer, yang Saya tahu Ia tegas akan prinsip yang Ia yakini. Jika dibilang pemarah, selama saya menjadi asistennya, Saya hampir tidak pernah menemukan Ia sedang marah.
Satu hal yang menarik dan sesuai dengan tulisan yang Saya buat ini adalah bagaimana cara Ia menghargai mahasiswa yang jujur.
Ujian-ujian untuk mata kuliah yang Ia ampu, termasuk mata kuliah yang mengerikan bagi mahasiswa seperti statika struktur, dinamika partikel, mekanika kekuatan material, getaran mekanik, finite element dan dinamika struktur.
Saat ujian, Ia selalu memberikan warning bagi seluruh mahasiswa.
Bagi yang mencontek, diberi hukuman gagal mata kuliah yang di ujiankan tersebut tahun ini, dan juga secara otomatis gagal tahun depan.
Saat pertama kali mendengar hal tersebut, Saya tidak terlalu berpikir panjang alasan hukuman nya harus seperti itu.
Lalu seperti biasa, saat selesai mengawas ujian, kami para asisten selalu ditraktir Nasi Padang dan juga sekaligus sesi “penggalian insight”.
Saat itu, Prof. Mulyadi Bur menyampaikan alasan kenapa pencontek harus digagalkan dua kali, alasan nya ternyata menarik.
“Untuk menghargai mahasiswa yang tidak mampu menyelesaikan soal namun jujur saat ujian”
Bagi mahasiswa yang tidak mampu menyelesaikan soal, tentu kemungkinan Ia akan gagal saat ujian karena nilai rendah yang mereka dapatkan, dan untuk menghargai kejujuran mereka Prof. Mulyadi Bur memberikan penghargaan boleh mengulang di tahun depan.
Sementara bagi yang mencontek diberi hukuman gagal tahun ini dan juga tahun depan.
Memberi apresiasi berarti mendorong bukan membuat orang cepat berpuas diri.
Anda pasti sudah pernah melihat video berikut
Seorang anak yang gagal melompat berkali-kali, namun setiap kali Ia gagal melompat, maka tiap kali itu juga teman-temannya menyemangatinya. Namun jika kita memperhatikan dan mendengar lebih jeli, di bagian kursi penonton duduk para orang tua, dan setiap kali anak tersebut gagal melompat, para orang tua terdengar tertawa kecil, kita tahu mengapa mereka tertawa padahal tidak ada yang lucu. Kita para orang dewasa selalu menilai dari apa yang kita pahami, namun berbeda dengan anak-anak, mereka menilai dari apa yang orang lain pahami.
Dan di akhir video, apresiasi berbuah manis, si anak tersebut berhasil melompati tantangan tersebut.
Ada yang pernah menonton video Christopher Maloney? Seorang penyanyi bersuara indah yang mulai meniti karir profesionalnya di umur 35 tahun. Ia memulai karirnya di sebuah ajang pencarian bakat.
Saat Ia naik ke atas panggung, suara nya terbata, badannya bergetar hebat, dia nervous diatas panggung. Penonton pun mulai pesimis akan kemampuan bernyanyinya.
Namun saat Ia bernyanyi, suaranya mampu membuat seisi ruangan terdiam, suaranya indah. Nyanyiannya pun diberi standing applause oleh semua penonton termasuk juri.
Setelah Ia selesai bernyanyi, juri pun bertanya, kenapa Ia baru mulai menyanyi sekarang, dan jawabannya sangat mengejutkan.
Ia menjawab bahwa orang lain menganggap suaranya jelek, raut wajah juri pun berubah, dan bertanya siapa yang mengatakan bahwa suaranya jelek.
Tentu dibalik orang hebat selalu ada orang yang mendorong dibelakannya, juri pun bertanya kembali, siapa orang yang paling berjasa untuk dirinya, Ia memanggil neneknya, neneknyalah yang selalu memuji suaranya, yang selalu mengatakan bahwa suaranya sangat bagus. Dan itulah dampak dari apresiasi; mendorong orang lain lebih maju, dan begitu juga dampak depresiasi; melemahkan orang lain.
Apresiasi haruslah dibudayakan, harus menjadi kebiasaan kita merespon orang lain. Jadilah pembangun bukan peruntuh. Saat anda mengapresiasi orang lain, maka orang lain pun akan mengapresiasi anda, dan siklus inipun akan terus berputar, maka lingkungan pun akan menjadi lebih positif.
Lalu, bagaimana cara memberi masukan tanpa melemahkan orang lain?
Kadang kita berpikir, bagaimana memberi masukan tanpa mendepresiasi orang lain. Yang perlu diketahui adalah, depresiasi sangat berbeda dengan masukan. Masukan adalah efek setelah apresiasi bukan pada depresiasi. Masukan adalah dorongan atau evaluasi yang kita berikan pada kelebihan orang lain, bukan pada kelemahan.
Masukan berisi komentar yang konstruktif dan aplikatif, sementara lawannya lebih bersifat ujaran komentar yang tidak aplikatif dan konstruktif.
Modal dasar seorang pemimpin
Penghargaan pada tim merupakan bahan bakar seorang pemimpin. Tanpa kalimat-kalimat penghargaan maka tim tak akan mau bergerak bahkan satu persatu anggota tim akan meninggalkan si pimpinan perlahan lahan.
Namun berbeda dengan apresiasi. Apresiasi akan memacu tim untuk lebih semangat bekerja dan mencapai target.
Jika Anda digaji sebesar Rp. 20.000.000 per bulan namun selalu di cela, hasil kerja tidak dihargai, Saya yakin dua atau tiga bulan Anda akan segera keluar dari perusahaan tersebut sekalipun mereka menawarkan gaji yang lebih tinggi untuk Anda.
Setiap orang butuh kebahagiaan, dan ketika seseorang dihargai, Ia akan bahagia.
Memberikan penghargaan kepada orang lain berarti sama memberikan kebahagiaan.
Ketika seorang pemimpin mengapresiasi bawahannya, maka bawahannya akan merasa dianggap ada dan berkontribusi pada tim. Tentu jika seperti itu, produktivitas bawahan pun akan semakin meningkat.
Memberi tanggapan negatif atas hasil karya orang lain, berarti melemahkan orang lain, jika hal itu terjadi pada seorang leader, berarti Ia menghancurkan timnya sendiri.
Memberi apresiasi, berarti mengakui hasil karya orang lain, menyatakan bahwa Ia berkontribusi. Dan memberi apresiasi, memberi kebahagian untuk orang lain.
Salam
Rahim Isnan Al Hilman