Belajar Parenting Sejak Hari Ini

Urgensi Keluarga Dalam Pembangunan Bangsa

Keluarga adalah organisasi terkecil sekaligus pilar terpenting sebuah Negara. Secara komposisi, keluarga merupakan unit terkecil dalam struktur masyarakat sesuai dengan UU No. 10/ 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (BKKBN, 1992).

Keluarga yang baik membentuk masyarakat yang baik, dan masyarakat yang baik membentuk Negara yang baik. Bahkan lebih dari itu, keluarga adalah pondasi dasar pembangun sebuah peradaban. Membangun keluarga berarti membangun peradaban.

Keluarga juga dapat disebut sebagai produsen utama manusia. Dari keluarga akan lahir anak-anak serta keturunan yang akan menambah jumlah sumber daya manusia suatu negara. Maka untuk membentuk calon penerus bangsa di masa depan, harus dipersiapkan saat membentuk keluarga.

Menciptakan keluarga yang harmonis dan berkarakter akan menjadi bibit-bibit dasar pembangun Negara di masa depan, karena dari keluargalah pemimpin bangsa lahir. Pemimpin bangsa tidak lahir dari campcamp pelatihan yang berat, bukan dari kampus-kampus atau hutan belantara, tetapi setiap pemimpin selalu lahir dari keluarga. Keluarga yang berakhlak akan membentuk pribadi-pribadi yang berakhlak.

Untuk memenuhi hal tersebut, maka sudah sewajibnya penanggung jawab keluarga dalam hal ini ayah dan ibu haruslah memiliki kapabilitas dalam membentuk keluarga yang berakhlak. Tanggung jawab pembentukan karakter keluarga sudah seharusnya berada ditangan ayah dan ibu sebagai orang tua. Mereka harus mampu membuat sistem pendidikan yang baik di keluarga.

Awal dari terbentuknya satu keluarga dimulai dari adanya hubungan antara laki-laki dan perempuan yang bersepakat mengikat janji pernikahan. Pernikahan bukan hanya sekedar pemenuhan hasrat seksual yang merupakan fitrah manusia, namun di dalamnya juga terdapat tanggung jawab. Tanggung jawab atas keluarga yang dibentuk hingga tanggung jawab akan masa depan anak anak yang dilahirkan.

Secara fungsinya, berdasarkan Resolusi Majelis Umum PBB, “Keluarga sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh dan sosialisasi anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan sosial yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera.

Tugas dan tanggung jawab dalam mencapai keluarga sejahtera berada di tangan Ayah dan Ibu, bukan pada salah satunya, melainkan saling berbagi peran tanggung jawab. Oleh karena itu, pembentukan keluarga berkarakter memerlukan kolaborasi positif dari suami dan istri.

Kolaborasi itu terjewantahkan dalam bentuk visi dan misi keluarga yang akan dibentuk. Seperti yang telah disampaikan di awal bahwa keluarga adalah organisasi terkecil sebuah Negara, maka dalam pelaksanaannya haruslah dilakukan sebagaimana sebuah organisasi dijalankan, dimana ada visi dan misi di dalamnya.

Setiap individu harus memiliki visi dan misi keluarga yang akan dibentuk. Dan berkeluarga adalah mencari pasangan dengan visi yang searah serta misi yang sejalan sehingga adanya kolaborasi positif melalui pernikahan akan mempercepat laju pencapaian visi tersebut.

Pembekalan ilmu sebagai seorang Ayah dan Ibu

Setiap pasangan yang baru menikah, pastilah menginginkan anak anak yang berakhlak dan cerdas. Membentuk anak yang cerdas dan berkarakter tidak semudah membalikkan telapak tangan, ada proses panjang didalamnya.

Jika di analogikan posisi ayah dan ibu sebagai suatu profesi, sebagaimana profesi  lainnya seperti insinyur, dokter, polisi, maka profesi ayah dan ibu haruslah dipersiapkan sedini mungkin bahkan sejak si ayah dan ibu tersebut belum menikah. Gelar ayah dan ibu memang didapatkan saat si anak lahir namun keahlian/skill seorang ayah tidak ujugujug langsung didapatkan saat si anak lahir. Ada proses “menjadi” di dalamnya.

Menjadi orang tua haruslah dipelajari dan diasah, tentang bagaimana mendidik anak, mengetahui umur-umur produktif anak serta hal-hal lainnya harus sudah diketahui oleh seorang calon suami atau istri, agar tidak mulai belajar justru pada saat si anak lahir.

Seorang yang bercita-cita menjadi dokter pastilah akan mempersiapkan fisik dan mentalnya sebagai seorang dokter jauh-jauh hari sebelumnya, bahkan bertahun-tahun mempersiapkannya, mulai dari rajin belajar matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, fisika, kimia, dan biologi agar dapat lulus di fakultas kedokteran. Bahkan setelah masuk di fakultas kedokteran masih harus mempelajari perkuliahan dan praktik kedokteran dengan giat supaya dapat meraih gelar dokter dengan nilai yang baik yang nantinya akan menghasilkan dokter yang hebat.

Maka profesi seorang ayah atau seorang ibu haruslah juga dipersiapkan seperti mempersiapkan profesi seorang dokter bahkan harus lebih karena anak-anak akan menjadi tanggung jawab seorang ayah dan ibu dalam keluarga baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Profesi Ayah atau Ibu bukanlah profesi yang rendah, terutama seorang ibu. Banyak ditemukan hari ini bahwa profesi seorang ibu adalah profesi yang rendah, yang urusannya hanya seputar kasur, sumur dan dapur saja. Profesi seorang ibu adalah profesi yang mulia, profesi yang lebih tinggi dari profesi-profesi lainnya. Profesi dimana surga berada di kakinya, yang membuat  derajatnya tiga kali lebih tinggi dari seorang ayah, profesi yang melahirkan profesi-profesi lainnya. Maka menjadi seorang ibu adalah sebuah anugerah.

Pun dengan peran seorang Ayah, tidak melulu sekedar mencari nafkah lalu membiarkan Ibu mengerjakan semua pekerjaan rumah. Sebab tanggung jawab rumah adalah tanggung jawab bersama, maka Ayah dan Ibu sudah seharusnya saling berbagi peran, saling membantu dan bekerja sama agar terciptanya keharmonisan keluarga.

Bahkan tanggung jawab mendidik anak tetap berada di tangan ayah dan ibu. Walaupun saat ini sangat banyak sekolah-sekolah play group, baby sitter, pesantren dan lembaga pendidikan lainnya, hal itu tetap tidak akan bisa menggantikan fungsi ayah dan ibu sebagai pendidik utama anak-anak di keluarga. Oleh karena itu ada sebuah pepatah yang mengatakan bahwa ibu adalah sekolah utama dan pertama bagi seorang anak, dan ayah adalah kepala sekolahnya.

Pentingnya Pendidikan Parenting pada Pemuda

99.9 persen manusia pastilah memiliki keinginan untuk menikah, dan dari pernikahan tersebut tentu menginginkan lahirnya anak-anak yang cerdas serta berakhlak. Artinya, hampir setiap orang di muka bumi ini akan berprofesi sebagai ayah dan ibu. Apakah mereka itu dokter, polisi, insinyur dan lain lain, yang pasti dibalik semua profesi tersebut mereka pasti akan atau telah menjadi seorang ayah dan ibu. Dengan satu keniscayaan tersebut, maka sangat penting bagi setiap insan muda untuk mempersiapkan dirinya sebagai orang tua.

Menjadi orang tua tanpa bekal ilmu parenting sama saja seperti menjadi seorang dokter tanpa belajar ilmu kedokteran. Jika dokter tersebut mendapat pasien tentu pasien bisa saja meninggal dunia. Hal tersebut juga berlaku untuk profesi orang tua, menjadi orang tua tanpa bekal ilmu parenting tentu keluarga akan berantakan dan berakibat anak akan salah pendidikan.

Mempersiapkan diri menjadi orang tua harus dimulai sejak kecil. Sejak anak-anak mulai beranjak dewasa karena mereka akan menjadi orang tua di masa depan. Ada tantangan dan tanggung jawab besar di tangan mereka, karenanya orang tua harus menyiapkan otak dan pundak yang kuat untuk memikulnya.

Seorang Ayah atau Ibu harus memiliki ilmu sebagai Ayah dan Ibu juga, karena apabila sesuatu dipegang oleh orang yang tidak memiliki ilmu, maka tunggulah kehancurannya. Dan apabila profesi Ayah dan Ibu diawali tanpa ilmu, maka tunggulah waktu kehancuran keluarganya.

Belajar menjadi Ayah atau Ibu seperti sekali dayung dua tiga lampau pulau terlampaui. Dengan belajar menjadi Ayah dan Ibu berarti sekaligus belajar meng-upgrade karakter diri menjadi lebih baik. Pembelajaran terbaik untuk anak adalah memberikan contoh langsung oleh Ayah atau Ibu, maka dengan belajar menjadi Ayah dan Ibu sekaligus mengasah karakter diri menjadi lebih baik, juga mengasah anak berakhlak baik.

Tak ada kata terlambat untuk belajar. Untuk masa depan yang lebih baik, untuk masa depan negara yang cemerlang serta untuk peradaban yang lebih berakhlak dapat dimulai dari saat ini, dengan belajar ilmu-ilmu parenting. Mempersiapkan anak-anak yang cerdas dan berkarakter berarti menciptakan dunia yang indah bagi mereka di masa depan. Sayangi anak dengan mempelajari ilmu parenting.

Oleh

Rahim Isnan Al Hilman

Kepala Bidang Riset dan Kajian ASA Muda Indonesia