Self Leadership

Hampir setiap orang di muka bumi ini bercita cita menjadi seorang pemimpin. Untuk mencapainya, mereka melatih dan menempa diri di bidang yang mereka geluti, ada yang sekarang masih berstatus karyawan bermimpi menjadi pemimpin perusahaan, ada yang masih sebagai anggota organisasi bercita-cita menjadi pemimpin organisasi, ada yang juga melatih diri menjadi pemimpin negara dan ada juga yang mempersiapkan diri menjadi pemimpin rumah tangga.

Namun, Dalam perjalanannya, banyak yang gagal menjadi pemimpin atau hanya sekedar menjadi pimpinan. Gagal menjadi pemimpin; gagal memengaruhi lingkungan untuk bersama-sama mencapai visi sementara sekedar menjadi pimpinan hanya menempati posisi level atas tanpa ada rasa hormat dan kerja sama dari level bawah.

Dan hal ini terjadi karena pondasi kepemimpinan yang tidak diasah dengan baik.

Lalu, Apa pondasi kepemimpinan? Untuk lebih mudah memahaminya, Saya akan memaparkan dalam dua contoh analogi sederhana.

Analogi 1

Ketika berpergian menggunakan pesawat udara, sesaat sebelum pesawat take off, awak pesawat akan memberitahukan take off announcement yang berisi prosedur keselamatan selama berada dalam pesawat. Salah satu pemberitahuan yang diumumkan awak pesawat adalah penggunaan oxygen mask seperti berikut

Apabila tekanan di kabin berkurang secara tiba-tiba, masker oksigen akan keluar dari panel di atas Anda sehingga terjangkau. Tarik masker ke arah Anda, pasang menutupi mulut dan hidung, kaitkan karetnya di kepala dan bernapaslah seperti biasa, penumpang yang membawa anak, harus memakai masker oksigen terlebih dahulu baru menolong anaknya

Sebelum membantu orang lain memasangkan masker oksigen, kita harus memakai masker oksigen terlebih dahulu, sama seperti kepemimpinan, kita harus memimpin diri sendiri terlebih dahulu maka barulah memimpin orang lain.

Analogi 2

Ketika Saya masih kecil, Ayah Saya beternak berbagai macam binatang ternak, Salah satunya adalah ayam. Ayah Saya beternak Ayam dari mulai penetasan telur hingga penjualan ayam serta telurnya kembali. Untuk memudahkan penetasan telur ayam, Ayah Saya membuat mesin tetas telur, Mesin ini terdiri dari beberapa lampu bohlam untuk memanaskan telur serta sensor temperatur untuk mengatur perubahan suhu udara di dalam mesin tetas telur.

Hal yang paling menarik dari penetasan telur ini adalah saat telur ayam akan mulai menetas. Ketika akan menetas, anak ayam yang masih berada di dalam cangkang telur akan mematok-matok kulit telur dari dalam cangkang dengan paruhnya, hingga telur pecah dan anak ayam bisa keluar dari cangkang telur.

Dari semua telur Ayam, ada beberapa anak ayam yang kesusahan memecahkan telurnya, Lalu Saya mencoba membantu memecahkan telurnya, Dan saat itu, Ayah Saya memberi nasehat,

Jika kita membantu anak ayam memecahkan cangkang telurnya, maka kemungkinan anak ayam tersebut akan lahir cacat, anak ayam harus berusaha sendiri memecahkan telurnya.

Anak Ayam harus memecahkan cangkang telurnya sendiri dengan usaha sendiri, jika dibantu maka bukan malah memperkuatnya namun akan memperlemah fisiknya.

Dari dua analogi diatas, dapat diketahui bahwa pondasi kepemimpinan adalah memimpin diri sendiri.

Memimpin diri sendiri atau self leadership bermakna proses memengaruhi diri sendiri untuk mencapai target. Self Leadership disebut sebagai pondasi kepemimpinan karena Ia merupakan tahap awal kepemimpinan sebelum memimpin orang lain. Dan ini wajib untuk dilalui untuk menjadi seorang pemimpin besar, karena jangan berharap memimpin orang lain sebelum dapat memimpin diri sendiri.

Self Leadership merupakan kepemimpinan dari dalam diri menuju keluar pribadi, Ia dipengaruhi dari dalam diri bukan datang dari luar. Tidak ada cara lain selain memperkuat kemauan diri sendiri untuk memengaruhi diri sendiri.

Terdapat tiga prinsip dasar memimpin diri pribadi yaitu

  1. Integritas

Dalam memengaruhi diri sendiri harus selaras antara pikiran, perkataan dan tindakan. Jika tidak selaras maka diri sendiri tidak akan dapat dipengaruhi. Sebagai contoh sederhana, Saat bangun tidur di pagi hari terasa sangat berat, di kondisi tersebut kita harus bisa menguasai diri sendiri dan mengendalikannya, kemauan untuk bangun harus bisa memengaruhi tindakan untuk melakukannya, jika kemalasan lebih tinggi, maka tentu kita tak akan berpindah dari kasur.

  1. Tanggung Jawab

Tanggung jawab sering di definisikan sebagai pengakuan atas kesalahan namun hal tersebut tidak sepenuhnya salah juga tidak sepenuhnya benar, menurut Saya pribadi definisi yang pas adalah kesadaran atas tindakan. Untuk dapat memimpin diri sendiri, kita harus menyadari sepenuhnya tindakan yang kita lakukan terlepas tindakan tersebut benar atau salah. Apapun tindakannya harus disadari dengan sepenuh hati apapun konsekuensinya. Hal ini merupakan kelanjutan dari integritas, setelah menyelaraskan tindakan dengan kemauan maka kita harus menyadari efek dari tindakan yang dipengaruhi kemauan tersebut.

  1. Visioner

Definisi dari self leadership adalah memengaruhi diri sendiri untuk mencapai target, maka prinsip self leadership yang ketiga adalah visioner, tanpa sifat visioner kita tidak akan mampu memimpin diri sendiri, karena kita tidak mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Dengan adanya target dan tujuan akan menuntun kita dalam menentukan tindakan-tindakan yang dilakukan.

Target yang akan dicapai haruslah terukur, karena jika tidak terukur maka itu hanyalah khayalan.

Dan keterukuran adalah hal yang membedakan impian dengan khayalan.

Setelah mengetahui prinsip memimpin diri sendiri maka selanjutnya cara sukses memimpin diri sendiri yaitu

  1. Self Awareness

Mengenali diri sendiri adalah tahap awal memimpin diri sendiri, memastikan apa yang menjadi kelebihan, kekurangan, apa yang membuat kita semangat dalam melakukan sesuatu, dan apa yang membuat kita tidak semangat dalam melakukan sesuatu. Mengenali diri sendiri tidak ada batasannya, semakin baik dan semakin detil mengenali diri sendiri maka akan semakin mudah kita melalui tahapan selanjutnya.

  1. Self Confidence

Percaya pada diri sendiri merupakan tahapan selanjutnya setelah mengenali diri sendiri. Self awareness menghasilkan kompetensi atau sesuatu yang kita kuasai sementara self confidence mengembangkan kompetensi.

Percaya diri bersifat kontekstual dan temporal. Kontekstual bermakna hanya pada bidang tertentu, seseorang yang pandai dalam berpidato namun belum pernah menari, akan percaya diri berpidato di depan umum namun akan gemetaran saat menari. Saat Ia berpidato di depan anak-anak SMA, Ia seperti singa podium, namun jika ditingkatkan level audiensnya menjadi para direktur perusahaan papan atas Indonesia, nyalinya pun pasti akan menciut.

Hal itulah yang disebut dengan percaya diri, Rasa percaya diri tidak selalu konstan namun naik turun seiring berjalannya waktu, semakin Ia diasah semakin tinggi rasa percaya diri.

  1. Self Efficacy

Self efficacy dapat juga disamakan dengan self esteem atau belief, keyakinan atas diri sendiri yang kita pegang atau lebih sederhananya bagaimana kita melihat diri sendiri. Dan dari banyak kasus, hal inilah yang paling sering terjadi di masyarakat dengan kata-kata yang paling sering keluar adalah “Saya kan Cuma orang miskin, mana bisa Saya menjadi orang kaya” dan berbagai macam kata-kata menyerupainya atau bisa juga didefinisikan sebagai rasa minder (untuk negatif).

Self efficacy biasanya dikaitkan dengan fisik, status ekonomi, serta hal lainnya yang menempel pada diri seseorang yang menjadi mindset bagi Ia dalam memandang diri sendiri.

Salah satu contoh figur yang sukses memimpin diri sendiri adalah tokoh proklamator Indonesia yaitu Muhammad Hatta. Bung Hatta dikenal sebagai tokoh yang sangat berintegritas, yang selaras antara ucapan, pikiran dan tindakannya.

Kemauannya untuk membaktikan diri pada negara mengalahkan keinginannya untuk membeli sepatu bally, bahkan sampai akhir hayatnya pun sepatu Bally tetap tak bisa Ia miliki. Kemauan Bung Hatta untuk mengutamakan kesejahteraan rakyat dibanding diri sendiri memengaruhi dirinya sendiri untuk tidak menggunakan uang negara untuk kepentingannya sendiri, dan Ia menyadari konsekuensi dari mencintai rakyat adalah Ia tidak bisa membeli sepatu bally.

Bung Hatta juga sudah mengenali dirinya sendiri sedetil mungkin. Bung Hatta mempunyai kelebihan analisa pemikiran, maka hingga hari ini kita masih menemukan berbagai macam karya pemikiran bung hatta dalam bentuk buku. Rasa percaya diri dan rasa kebanggan atas diri sendiri menguatkan dirinya dalam memerdekakan bangsa Indonesia di konferensi internasional di usianya yang masih muda. Walaupun berasal dari negara yang bahkan tak dikenal di zaman itu, namun Ia masih kuat berdiri mengemukakan ide kemerdekaan Indonesia di lingkaran internasional.

Hingga hari ini, Bung Hatta masih menjadi contoh teladan Negeri ini dengan kemampuannya memimpin diri sendiri.

Prinsip dan cara sukses memimpin diri sendiri tak akan mampu dilaksanakan jika tidak dimulai melatihnya dari sekarang, jika Saat ini Anda sudah menajdi pimpinan maka belumlah terlambat untuk memulainya. Jika Anda tidak dapat memimpin diri sendiri, maka orang lainlah yang akan memimpin Anda.