Visioner Hadapi Era Disruptive

Materi ini ditujukan untuk peserta training PGN Innovation Camp 2017

Hotel Dominic, Purwokerto

1 Agustus 2017IMG_8282

 

Tahun 2017 adalah pintu masuk menuju dunia baru, dunia dimana akan banyak sekali gangguan-gangguan yang datang ke setiap usaha bisnis termasuk juga individu/ personal. Para ahli menyebut era penuh gangguan ini dengan era disruptive. Banyak pula yang menyebut era ini era penuh dengan VUCA (volatility, uncertainty, complexity dan ambiguity). Namun satu hal yang pasti, era ini adalah era yang penuh tantangan akan ketidakpastian serta gangguan gangguan.

Walaupun 2017 masih merupakan pintu gerbang era disruptive, tetapi telah banyak contohnya, yang paling anyar adalah kekalahan nokia dalam pertarungan dunia mobile sellular, dimana sang CEO berkata sambil menitikkan air mata “we didn’t do anything wrong, but somehow, we lost”. Nokia yang pada tahun 2007 menjadi handphone top dunia dimana produk produknya selalu laris di pasaran dengan keunggulan hardware serta OS Symbian, Namun gempuran dari pelaku usaha smartphone seperti iphone, samsung, dll membabat habis nokia hingga tandas.

Tidak hanya di luar negeri, di dalam negeri memanas persaingan antara penyedia transportasi konvensional dengan transportasi online, akibat persainan panas tersebut sering terjadi tawuran dimana-mana yang berujung pada korban jiwa. Memang, jika berurusan dengan perut masing-masing maka logika pun ditinggalkan.

Selain jatuhnya beberapa bisnis, banyak juga tunas bisnis baru bermunculan, sebut saja kitabisa.com penyedia jasa crowdfunding terbesar di Indonesia, FLIP yang memotong biaya transfer uang antar bank, ravelware pelopor Internet of Things di Indonesia serta visio incubator, katalisator start up online yang sedang naik daun di Indonesia.

Era disruptive memang memberi dampak pada semua usaha bisnis, memacu industri untuk maju dan juga menghancurkan usaha bisnis yang tak berinovasi.

Dampak era disruptive tidak hanya pada skala korporat, beberapa profesi pun juga terkena dampak disruptive, tukang loper koran yang makin kehilangan pelanggan akibat isu lingkungan penggunaan kertas serta kemudahan berita melalui layar smartphone, kemajuan teknologi kesehatan yang secara tidak langsung mengharuskan dokter-dokter mengupgrade ilmu mereka, tukang ojek konvensional yang makin terpinggirkan ditengah gempurang hebat ojek-ojek online dan sederet perubahan perubahan lainnya.

Mau tidak mau, suka tidak suka, setiap manusia hari ini akan memasuki era distruptive, siapa yang mampu beradaptasi, dialah yang akan hidup, sementara yang tak mampu akan hilang ditelan zaman. Waktu tak akan menunggu hingga kita siap, yang ada hanya kita menyiapkan diri sesuai dengan waktu yang ada, dan saat ini sudahkah kita siap memasuki era distruptive?

Waktu tak akan menunggu hingga kita siap, yang ada hanya kita menyiapkan diri sesuai waktu yang tersedia

Era disruptive yang penuh dengan ketidakpastian dan gangguan gangguan dapat ditaklukan dengan mimpi. Setiap usaha ataupun manusia pasti punya mimpi, jika Ia tidak punya mimpi berarti Ia telah mati, karena Ia tak lagi punya harapan serta tujuan. Mimpi yang dimaksud disini bukanlah mimpi bunga tidur, tetapi mimpi akan harapan di masa depan yang dalam bahasa inggris disebut dengan dream atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan visi.

Mimpi atau visi seperti layaknya bahan bakar. Ia menjadi motivasi pergerakan yang menjadi landasan mengapa Ia bergerak. Saat perjuangan kemerdekaan Indonesia, visi Bangsa Indonesia sangatlah jelas yaitu bagaimana memerdekakan Indonesia. Dan visi memerdekakan Indonesia menjadi semangat bagi seluruh pejuang di Indonesia.

Mimpi juga seperti target. Mimpi merupakan gambaran dari masa depan yang ingin dicapai, karena itu Ia menjadi target tujuan. Dengan mimpi, kita akan lebih mudah meniti jalan mencapainya, sama halnya dengan perjuangan kemerdekaan seperti sebelumnya. Target perjuangan adalah Indonesia merdeka 100 persen. Dengan target seperti itu, maka para pahlawan dapat menentukan langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan untuk meraih kemerdekaan, mulai dari diplomasi internasional oleh pahlawan di luar negeri, gerakan bersenjata di dalam negeri melawan penjajah, membuat organisasi kerakyatan yang menjadi wadah masyarakat serta sampai dengan persiapan kemerdekaan Republik Indonesia.

Mimpi adalah bahan bakar sekaligus tujuan yang ingin dicapai.

Seperti itulah efek dari mimpi, menjadi bahan bakar juga target. Tanpa mimpi, kita akan melangkah tanpa arah yang jelas, seperti tersesat di hutan belantara. Seorang yang tak punya mimpi akan menebang pepohonan ke seluruh penjuru arah tanpa tujuan pasti, apakah menuju ke jurang, ke jalan keluar atau malah ke mulut buaya. Namun seorang pemimpin akan naik ke pohon yang paling tinggi dan melihat ke seluruh arah dan menentukan “Itu tujuan yang akan kita capai”. Maka indahnya bahasa Indonesia, menggabungkan pemimpi dengan huruf N, yang berarti N untuk Nyata, dan pemimpin bermakna pemimpi yang membuat mimpinya menjadi nyata.

Pemimpi(N)

N untuk Nyata

Namun, dengan mimpi tok saja tidak cukup menaklukan era disruptive, tetapi dibutuhan lebih dari sekedar mimpi yaitu visionary leadership atau kepemimpinan yang visioner.

Visioner merupakan salah satu karakter yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin, karena seorang pemimpin harus punya visi, tanpa visi Ia bukan seorang pemimpin. Dan “jualan” si pemimpin pada pengikutnya adalah mimpi (visi)-nya tersebut, dan visi pula yang membedakan pemimpin dan pengikut. Pemimpin menawarkan visi pada pengikut.

Visioner tidak sekedar punya visi saja, tapi jauh dari itu, visioner juga berarti kemampuan menghadapi masa depan. Jika visi hanya sekedar diucapkan saja maka Ia akan menjadi khayalan. Dan itulah yang membedakan pemimpi dan pemimpin yang terletak pada huruf n-nya, yang berarti Nyata.

Jika visi hanya menjadi sekedar ucapan tanpa aplikasi, maka visi tersebut akan menjadi khayalan saja

Visionary leadership merupakan proses pembelajaran jangka panjang, untuk mendapatkannya butuh waktu dan juga usaha. Terlebih di era disruptive, dengan bermimpi menjadi bahan bakar yang efektif .

Ciri khas yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang visioner terutama di era disruptive adalah sebagai berikut:

  1. Wawasan luas ke depan

Seorang pemimpin visioner haruslah cerdas, Jikapun tidak menguasai berbagai macam hal, Ia harus menguasai trend yang akan sedang dan akan terjadi di masa depan. Terutama terkait dengan salah satu faktor terjadinya era disrupsi yaitu teknologi.

Dengan wawasan yang luas, Ia akan mampu memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan, dengan hal ini Ia dapat mencocokkan visinya dengan kemungkinan yang terjadi di masa depan.

  1. Peka terhadap perubahan zaman

Setelah mengetahui trend yang akan terjadi di masa depan, seorang pemimpin yang visioner harus terus sensitif terhadap segala sesuatu yang mempengaruhi perjalanan dunia ini.

Setiap kemungkinan dapat terjadi, dan bisa jadi apa yang terjadi di masa depan tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

Dengan kepekaan akan membuat seorang visionary leader menjadi lebih responsif, saat ada perubahan Ia segera bergerak dengan cepat menanggapi perubahan tersebut.

Elon Musk, seorang industrialis handal masa kini yan dikenal dengan The Real Iron Man responsif terhadap perubahan zaman dengan mengkomersilkan mobil listrik Tesla. Telah banyak industri otomotif yang me-research kendaraan berbahan listrik, namun belum ada yang mengomersilkannya, namun Elon Musk menyadari hal tersebut dan langsung memulainya. Dan hasilnya, Ia menjadi trendsetter di dunia kendaraan bahan bakar listrik.

  1. Problem Solver

Era disruptive ditunjang dengan dunia sosial yang tanpa batas melalui sosial media online seperti faccebook, youtube, instagram dan yang lainnya. Namun kecenderungan yang sering terjadi saat ini adalah semakin banyak orang yang suka ngoceh ketimbang menjadi problem sover.

Mudah saja membuktikannya, searching saja status atau postingan di sosial media dan baca komentar komentarnya, dan rata rata komentar yang tidak berisi. Apapun dikomentari dari hal yang paling sederhana sampai paling rumit. Dan hal ini terbawa ke dunia nyata, kebiasaan berkomentar akan menjadi kebiasaan negatif jika tidak dikelola dengan baik. Jika seseorang terbiasa berkomentar daripada memberi solusi maka Ia akan menjadi ToA nya masalah.

Namun seorang pemimpin yang visioner akan menjadi problem solver. Saat orang lain berkomentar, Ia langsung turun tangan menyelesaikan masalah tanpa perlu menunggu ada orang yang akan menyelesaikan atau berkomentar terlebih dahulu.

  1. Mampu menyederhanakan Visi menjadi Aksi

Visi yang tak bisa disederhanakan ke dalam aksi hanya akan menjadi khayalan saja. Visi yang telah dibuat oleh seorang pemimpin harus dapat Ia sederhanakan menjadi langkah langkah yang lebih kecil, sehingga mudah di laksanakan serta jelas progressnya.

Selain mempermudah proses, dengan menyederhanakan visi menjadi aksi akan membuat para pengikut mudah memahami visi si pemimpin.

Di era disrupsi, visi haruslah solid, jika Ia tak solid maka Ia akan terombang ambing. Namun langkah-langkah atau misi boleh dinamis sesuai dengan perubahan zaman, namun yang terpenting target target jangka pendek yang telah ditentukan tetap tercapai walaupun dengan langkah yang berbeda supaya progress kerja dapat terukur.

  1. Innovatif

Innovatif berarti memperharui dengan menambah nilai manfaat yang lebih besar pada produk atau jasa yang diciptakan.

Innovatif bukan meniru punya orang lain tetapi menciptakan apa yang belum pernah diciptakan oleh orang lain, seperti TV tanpa remote. Dulu sebelum adanya remote, kita akan kesusahan mengganti channel televisi dengan mendekat ke TV terlebih dahulu dan memencet tombol pada panel. Namun si pencipta remote sadar bahwa ini adalah masalah yang harus diselesaikan, dengan memakai galah seperti halnya di film Mr Bean masalah terselesaikan, tapi itu bukan innovasi karena manfaatnya tidak begitu luas. Dan si pencipta remote menciptakan remote TV untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Lima ciri di atas merupakan beberapa ciri visionary leader yang perlu diterapkan di era disruptive ini.

Era disruptive merupakan suatu keniscayaan yang akan kita lewati. Telah banyak contoh usaha bisnis yang berkembang dan juga yang jatuh. Dan kita sudah bisa menilai, seberapa tangguh kondisi kita saat ini dalam melewati era disruptive. Dan cara menilai serta mempersiapkannya adalah dengan mencocokkan lima diri visionary leader tersebut pada diri kita masing masing.